Rabu, 26 Desember 2012

2013 Guru Tak Perlu Lagi Repot Menyusun Silabus



Pemerintah atau Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) akan mengambil alih pembuatan silabus pada kurikulum 2013. Alasan silabus akan disusun oleh Kemendikbud karena pelaksanaan kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di lapangan selama ini masih kedodoran. Ini disebabkan oleh kemampuan guru yang beragam dalam membuat silabus. 

Mendikbud, Muhammad Nuh juga menilai ada guru yang tidak bisa menyusun silabus. Ini dikatanya pada Jumat (21/12/2012) di Jakarta seperti dilansir dari Kompas.com. "Variasi sekolah dan guru itu luar biasa. Ada yang bisa membuat silabus, ada juga yang tidak. Jadi, kalau guru diwajibkan bikin silabus, yaremek," kata Nuh.

Pada kurikulum baru yang akan diterapkan Juni 2013, guru tak perlu repot-repot lagi untuk membuat silabus untuk pengajaran terhadap anak didiknya. Silabus merupakan program pembelajaran yang akan dijadikan dasar untuk membuat rencana pembelajaran.

Pembahasan silabus sendiri sudah dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud pada awal Desember. Penyusunan silabus melibatkan para guru, dosen dan ahli pendidikan. Setelah silabusnya rampung disusun, selanjutnya dilakukan proses penggandaan buku pelajaran.

KTSP memberikan peluang kepada sekolah dan guru untuk menyusun silabus dan menjalankan proses pembelajaran dianggap membuat pengawasan dan kontrol pendidikan jadi sulit. Kurikulum yang saat berjalan membuat sekolah dan guru berwenang menyusun silabus dan menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan cara yang diketahuinya sendiri-sendiri.

Mendikbud juga menilai dengan beragamnya kemampuan guru dalam menyusun silabus menyebabkan banyak bermunculannya Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan konten tak sesuai yang berdampak pada anak didik. Itu disebabkan kemampuan guru dalam membuat soal latihan untuk anak didik kadang terbatas sehingga menggunakan LKS sebagai pilihannya.

"Munculnya LKS itu kan karena guru kadang susah membuat soal. Kami juga tidak bisa apa-apa karena kan sudah diserahkan pada sekolah," kata Mohammad Nuh. 

Asah Kreatifitas Anak dengan Tidak Banyak Melarang





Memiliki anak yang kreatif adalah dambaan setiap orang tua. Dengan kreatifitas yang terus berkembang akan menjadikan anak kelak menjadi orang yang sukses. Dalam mengasah kreatifitas juga ditentukan oleh perilaku guru dan orang tua terhadap anaknya. Sikap dan budaya orang tua yang banyak melarang anak dapat bedampak pada anak yang menjadi takut untuk berkreasi. Begitupun dengan sikap yang tidak mentolerir kegagalan, itu menyebabkan anak akan lebih suka berada dalam zona nyaman.



Ketika anak mendapat larangan dari orang tua, seperti kata 'jangan' atau 'tidak boleh', itu akan mematikan kreatifitas anak. Mereka akan cenderung tumbuh menjadi pengekor. Tidak ada inisiatif dan takut salah, mereka hanya akan mengikuti kebiasaan atau petunjuk orang lain. Anak-anak tidak berani mengembangkan diri dan mengeluarkan ide kreatif karena ada kekhawatiran tidak sesuai dengan apa yang diajarkan guru di sekolah atau orang tua di rumah.



Dalam proses belajar mengajar, misalnya anak sering dimarahi karena jawaban tidak sesuai dengan yang guru jelaskan, padahal jawabannya juga benar. Akhirnya anak-anak ini mencari aman dengan menjawab pertanyaan sesuai keinginan guru. 



Oleh sebab itulah para guru harus mulai bisa menerima jawaban dari anak-anak yang mungkin berbeda tetapi juga tidak salah. Yang terpenting pula, guru menghargai proses anak menemukan jawaban. Dengan diberi kesempatan dan dihargai, anak-anak akan berani berkreasi, tidak takut mengeluar ide kreatifnya, berimajinasi, dan mengambil resiko. Anak-anak akan menciptakan sesuatu yang baru.



Sama halnya dengan orang tua, jangan terus memarahi anak. Misalnya ketika anak mendapatkan nilai jelek, orang tua terus memarahi. Orang tua harus mencari tahu kesulitan atau kendala yang dihadapi anak. Ajak mereka untuk mencari solosinya bersama-sama. Jangan sampai karena takut nilai jelek, anak-anak melakukan berbagai cara agar dapat nilai bagus tanpa mempedulikan sekitar.



Guru dan orang tua harus membiasakan anak untuk tidak mudah menyerah dalam mencapai sesuatu. Tidak hanya itu, anak didorong untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah kecil yang sedang dihadapi. Jika anak gagal tidak terus dimarahi tapi justru mereka harus diberi semangat terus untuk bangkit dan anak mau mencoba lagi. Mereka akan berusaha mencari hal yang baru lagi, mengeluarkan kreatifitasnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. 

Selasa, 25 Desember 2012

Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak




Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak

Bagaimana cara meningkatkan konsentrasi belajar anak?

Itulah salah satu pertanyaan atau permasalahan yang dihadapi guru, ketika kami mencoba menanyakan di halaman SEKOLAH DASAR. Dari situlah, SekolahDasar.Net memiliki ide, untuk nantinya setiap minggu akan diadakan semacam diskusi. 



Pertanyaan tentang cara meningkatkan konsentrasi belajar anak itu kami lempar kembali ke anggota. Tentu jawabannya beragam berdasarkan pengetahuan atau pengalaman mereka. Membuat anak konsentrasi belajar harus didukung dengan kondisi dan kesehatan anak yang prima. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dipraktekan untuk meningkatkan konsentrasi belajar:



1. Menyisipkan cerita
Anak-anak suka dengan cerita, kita bisa menyisipkan cerita ketika sedang mengajar, tentu cerita yang disampaikan berkaitan dengan materi yang diajarkan. Anak akan mengingat jalannya cerita bersamaan dengan materi yang dipelajarinya. 



2. Membuat permainan
Membuat permainan yang membutuhkan konsentrasi anak. Beberapa contoh permainan yang bisa membantu meningkatkan konsentrasi contohnya: Anak-anak diminta berhitung secara berurutan, nanti setiap anak yang mendapatkan giliran menyebutkan misalnya kelipatan 5 harus bilang "Yes", jika ada anak yang salah mendapatkan hukuman yang mendidik. Bapak Ibu sudah pernah mencoba jenis permainan ini?



3. Menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik
Penting sekali, khususnya untuk anak-anak SD menggunakan media pembelajaran yang menarik yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif yang bisa bisa membuat anak lebih aktif untuk belajar dan menemukan pengetahuan baru. Penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang menarik bisa membantu anak untuk lebih berkonsentrasi.



4. Mengadakan tanya jawab setelah materi selesai diajarkan
Setelah materi yang guru ajarkan pada anak selesai, guru dapat mengadakan tanya jawab. Selain cara ini bisa untuk mengetahui sejauh mana anak menerima pelajaran, dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat membuat anak untuk berpikir kembali, mengingat apa yang sudah mereka dapatkan tadi.

Februari Buku Pelajaran Kurikulum Baru Dicetak



Bulan Februari 2013, Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) targetnya akan mencetak buku pelajaran baru terkait dengan kurikulum baru yang akan diterapkan Juni 2013. Buku pelajaran ini akan diperbanyak setelah silabus yang disusun pihak Kemendikbud selesai.

Pembahasan silabus sendiri sudah dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud pada awal Desember lalu. Penyusunan silabus melibatkan para guru, dosen dan ahli pendidikan. Hal ini dilakukan agar konten dalam buku pelajaran terjaga, tidak terkontaminasi hal-hal yang semestinya bukan konsumsi anak.

Dalam Kurikulum 2013 Kemendikbud melaksanakan kebijakan baru, yaitu buku pelajaran yang akan digunakan guru dan peserta didik akan dibuat oleh tim penyusun yang dibentuk Kemendikbud dengan beranggotakan guru-guru dan para ahli pendidikan. Ini dilakukan untuk menghindari konten yang tidak sesuai. Tim penyusun bertanggung jawab penuh pada buku pelajaran yang digunakan di sekolah.

Saat ini silabus untuk buku ajar bagi guru dan peserta didik masih dimatangkan lagi agar Februari proses pencetakkan atau penggandaannya dapat langsung dilaksanakan. Hal ini sesuai yang dikatakan Mendikbud. "Setelah rumusan dan silabusnya selesai baru digandakan. Sekitar Februari nanti akan digandakan," kata Muhammad Nuh ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Nadhlatul Wathon di Pancor, Nusa Tenggara Barat, Minggu (16/12/2012).

Nantinya wewenang penggandaan buku pelajaran untuk Kurikulum 2013 ini sendiri, oleh pihak kementerian akan diserahkan pada tiap pemerintah daerah. Dengan demikian, masing-masing daerah dapat memperbanyak buku pelajarn yang akan digunakan sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah guru dan peserta didik. 

KOMALA DEWI AINUN




KOMALA = Penggalan dari nama bunga ciri khas Kota Bandung "Patra Komala"
DEWI = Sebutan bagi perempuan yang berhati lembut, luhur
AINUN = Mata



KOMALA DEWI AINUN = Saya! :)
Seorang mahasiswi Semester 5 yang ketika SD pernah mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang Dokter. Wow! how a wonderful dream! Sewaktu SMP pernah memiliki cita-cita ingin menjadi seorang analis kesehatan, pada intinya masih sama-sama bekerja di bidang yang sama dengan dokter, yaitu kesehatan. Lain lagi dengan cita-citanya sewaktu SMA. Sewaktu SMA saya memiliki cita-cita ingin menjadi seorang jurnalis. Saya sangat senang melihat pekerjaan itu. Selain jurnalis, saya juga memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Ambassador. Saya ingin bekerja di KBRI. Hmmmm pada intinya saya ingin bekerja sekalian keliling dunia :)

Tetapi, Allah berkehendak lain. Setelah melewati kegalauan yang panjang, pada akhirnya saya kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri terbaik Indonesia yang bergerak di bidang Pendidikan. Ya, Pendidikan! Satu yang tidak pernah saya cita-citakan sejak kecil. Profesi itu, Guru!. Namun, sekarang saya mengerti. Ini semua sudah menjadi kehendak Allah SWT. Saya yakin Allah SWT memiliki rencana indah lainnya untuk Saya.